RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Negeri 3 Tegowanu
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Aspek : Berbicara
Standar Kompetensi : 10 Mengemukakan pikiran, perasaan, dan
informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler.
Kopetensi
Dasar : 10.1 Menyampaikan
persetujuan,sanggahan, danpenolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan
bukti atau alasan.
Indikator :
(1) Siswa mampu menentukan
mekanisme diskusi;
(2) Siswa
mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan dan penolakan pendapat dalam diskusi
dengan etika yang baik dan argumentatif.
Alokasi
Waktu : 4 x 40 menit (2 x
pertemuan)
1. Tujuan
Pembelajaran
Siswa
dapat menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi
disertai alasan dengan bukti atau alasan.
2. Materi
Pembelajaran
a.
Menemukan
pokok-pokok berita.
3. Metode Pembelajaran
a. Pemodelan
b. Diskusi
c. Tanya
jawab
4. Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
a.
Kegiatan awal
1.
Guru menyampaikan apersepsi
2.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Untuk membahas suatu masalah, dilakukan
berbagai diskusi. Dalam kegiatan ini kamu akan berlatih berpendapat dan
menyanggah pendapat/menolak usul yang ada dalam diskusi.
3.
Guru
menyampaikan rencana kegiatan
Aktivitas pembelajaran yang harus kamu
lakukan untuk menguasai kompetensi menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan
penolakan pendapat dalam diskusi disertai bukti adalah (1) mengungkapkan
persertujuan dengan alasan; (2) mengungkapkan sanggahan dengan alasan; (3) mengungkapkan
penolakan dengan alasan, dan (4) mengomentari proses diskusi.
b.
Kegiatan inti
1. Siswa
mendiskusikan etika penyampaian persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat
dalam diskusi
1. Mengungkapkan Persetujuan dengan Alasan
Sebagaimana dikemukan dalam teks, Ahmad
Hasan berpendapat bahwa sinema remaja kurang mendidik dan bertentangan dengan
nilai moral dan agama. Terhadap pendapat Ahmad Hasan tersebut apakah kamu
setuju? Kemukakan persetujuanmu dengan mengungkapkan pula alasan lain di luar
yang dikemukakan Ahmad Hassan!
Contoh persetujuan dengan alasan seperti berikut ini.
Saya sependapat dengan Saudara Ahmad Hasan
yang menyatakan bahwa sinetron kita bertentangan dengan nilai moral dan agama.
Bertentangan dengan nilai moral di antaranya pada pendemonstrasian hidup mewah
dan hidup malas. Sekolah bukan tempat berprestasi, tetapi merupakan latar
percintaan belaka. Belum lagi, gaya berkelahi yang dipertontonkan tidak natural
dan cenderung menonjolkan contoh yang tidak bijak. Segala sesuatunya dilebih-lebihkan.
2. Mengungkapkan Sanggahan dengan Alasan
Sebagaimana dikemukakan dalam teks,
seorang temanmu setuju bahwa sinema remaja hanya merupakan hiburan. Kamu tidak
setuju dengan pendapat dalam teks yang juga dikuatkan oleh temanmu tersebut.
Tulislah sanggahanmu untuk pernyataan tersebut!
Contoh sanggahan dengan alasan adalah sebagai berikut
Menurut saya pendapat yang mengatakan
bahwa sinema remaja tayangan televisi kita hanya merupakan hiburan, tidaklah
benar. Remaja sangat sering menonton televisi. Jumlah waktu yang digunakan
cukup banyak untuk menikmati sinema-sinema itu. Dengan demikian, lambat laun
akan terbentuk persepsi dalam pribadi remaja yang baik adalah kepribadian
remaja seperti yang ditontonnya. Persepsi itu akan memengaruhi perilaku remaja di
masa mendatang.
3. Mengungkapkan Penolakan dengan Alasan
Menolak pendapat dalam sebuah diskusi
merupakan hal wajar. Hanya menjadi tidak wajar jika yang ditolak adalah
orangnya. Penolakan yang santun adalah penolakan pada pendapatnya. Kemudian,
penolakan itu diikuti dengan argumentasi yang masuk akal.
Berikut ini dapat kamu amati contoh penolakan pendapat dalam
diskusi.
Saya sependapat jika dikatakan bahwa
lambat laun nilai yang dibawa sinema remaja akan memengaruhi cara hidup remaja.
Akan tetapi, saya tidak setuju jika jalan keluarnya kita harus memboikot
penayangan sinema remaja tersebut. Masih banyak cara untuk membicarakan isu
yang penting ini. Bukankah para produser dengan seluruh awaknya juga remaja,
pernah remaja, atau memiliki anak remaja. Kekhawatiran kita, sebenarnya juga
kekhawatiran mereka. Marilah kita cari cara yang lebih bisa menyentuh mereka.
4. Mengomentari Proses Diskusi
Berikanlah komentar terhadap diskusi yang
kamu lakukan dari segi (1) kejelasan arah topik yang didiskusikan; (2) besarnya
partisipasi anggota dalam memberikan usulan dukungan, sanggahan, dan penolakan
pendapat; (3) kelogisan alasan yang diungkapkan untuk menyetujui, menyanggah,
menolak usul; serta (4) kesantunannya dalam memberikan persetujuan,
penyanggahan, dan penolakan!
2. Siswa menyimpulkan dan mendata etika penyampaian
persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi
No
|
Hal
|
Etika
|
1
|
Mengungkapkan Persetujuan dengan Alasan
|
|
2
|
Mengungkapkan Sanggahan dengan Alasan
|
|
3
|
Mengungkapkan Penolakan dengan Alasan
|
|
4
|
Mengomentari Proses Diskusi
|
c.
Kegiatan Akhir
Siswa
dan guru melakukan refleksi;
Pertemuan Kedua
a. Kegiatan awal
1.
Siswa dan guru mengingat ulang pembelajaran
pada pertemuan sebelumnya;
2. Siswa
menyebutkan etika penyampaian/persetujuan,sanggan dan penolakan pendapat dalam
diskusi.
b. Kegiatan inti
1.
Siswa membaca dua teks
sebagai bahan diskusi.
Sinema Remaja Tayangan Televisi Kita
Setelah sukses A2DC menyedot
pemirsa remaja, banyak sineas dan produser melirik pasar baru untuk bisnis hiburannya.
Akibatnya, jangan heran jika puluhan sinema remaja setiap pekannya diputar di
berbagai stasiun televisi lokal. Semua bercerita tentang remaja. Persoalannya,
bagaimana dengan muatan yang dibawa sinema-sinema tersebut?
Wow, remaja adalah pasar yang potensial.
Berdasarkan cacatan dari Biro Pusat Statistik, pada tahun 1994 saja, peraentase
remaja usia 15--24 tahun di Jakarta
dari total penduduknya adalah 26,58%. Yang terbesar kedua adalah Surabaya, 12,72%. Di
wilayah Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Bandung kalau dijumlahkan
mencapai 20,47%. Dan saat dilakukan survei oleh BPS waktu itu, jumlah remaja Indonesia
di kota-kota besar sekitar 4,2 juta jiwa. Maka kalau sekarang persentase itu
dianggap tetap, dengan jumlah yang semakin meningkat, maka wajar dong kalau mau
mengeruk pasar di wilayah itu menjadi amat potensial.
Belum lagi kalau melihat tipe
remaja sekarang, yang cenderung nyantai dan hobi hura-hura, maka sesuai banget
dengan tema-tema yang diangkat ke layar kaca. Kamu bisa ngeliat dalam layar
kaca karakter anak belasan tahun. Biasanya nih, hura-hura, senang berkumpul
dengan teman-teman, berbusana kasual, eksentrik, dan keluyuran ke mal.
Sementara tentang kegiatan di waktu luang? Ya, keluyuran ke mal, ke diskotik,
dan restoran-restoran fast food. Dan yang sudah 20--25 tahun, aktivitas
waktu luangnya adalah jalan-jalan bersama pacar, seperti nonton film, ke
diskotik, pub, restoran, dan mal.
Bagaimana pendapat remaja
tentang sinema remaja dalam tayangan televisi? “Sinema-sinema remaja yang ada
sekarang aku rasa cukup bagus. Aku memang sering ngikutin. Produk impor yang
paling aku suka ya, Meteor
Garden,” ujar Ferry,
salah seorang siswa SMU. Berbeda dengan Ferry, Hasan berujar, “Saya tidak suka
dengan sinetron remaja sekarang, karena isinya bertentangan dengan moral agama,
serta menggiring remaja untuk menjadi orang yang bebas ,” ujar Ahmad Hasan
salah seorang remaja. Aku melihat memang ceritanya nggak realistis sih, dan
terasa diada-adakan saja. Jauh sih dari kehidupan yang sebenarnya,” lanjut
Hasan.
Oke deh, gimana juga, ini
adalah sebuah fenomena. Ini masalah yang kompleks. Di satu sisi, bagi sebagian
remaja, sinema remaja di televisi hanya dipandang sebagai alternatif hiburan,
tapi sebagian yang lain dianggap sebagai ancaman. Meskipun demikian, tentunya
kita bisa berpikir lebih jernih, bahwa yang terpenting dari persoalan ini
adalah soal isi, alias muatan budaya yang diemban dalam sinema-sinema tersebut.
Sebenarnya, bukan karena
sineas kita nggak bisa bikin sinetron yang bagus. Menurut mereka bikin sinetron
yang realistis cenderung tidak laku. Sinetron yang disukai remaja adalah
sinetron yang mengumbar kemewahan atau menebar horor. Dengan demikian sineas
kita cenderung mengutamakan keuntungannya daripada mendidik remaja kita melalui
layar kaca.
Usia Remaja Paling Rawan
Apa-apa yang ditayangkan
televisi secara terus-menerus akan membuat orang mengikutinya. Contohnya saja
iklan “siapa takut”. Orang-orang ikut-ikutan menggunakan “siapa takut” dalam
perbincangan sehari-hari. Hal ini juga terjadi waktu orang berbondong-bondong
mengidentifikasikan diri dengan tokoh di televisi. Pada masa lalu, misalnya,
orang beramai-ramai mengikuti gaya
Elvis Presley. Demikian juga orang akan terbawa untuk meniru busana maupun gaya tokoh di televisi.
Adapun usia remaja merupakan
usia yang paling rawan terkena pengaruh. Pada usia antara 13—18 tahun atau
setingkat SMP-SMA itu anak-anak sangat rentan untuk terpengaruh perilaku yang
ditontonnya. Remaja juga rentan terlibat NAZA, pergaulan bebas, dan sebagainya.
Ada perubahan
sistem hormonal yang memengaruhi alam pikir, rasa, dan perilakunya. Maka kita
harus lebih perhatian dalam menjaga mereka.
Lebih jauh Dadang
mengingatkan, pengaruh televisi yang sifatnya audio visual memang lebih besar
ketimbang audio pendengaran atau bacaan. Jadi, remaja kita yang gemar nonton
film yang serba memperbolehkan semua perilaku bebas, akan beranggapan bahwa
perilaku itu diperbolehkan. Remaja kita akan beranggapan bahwa berpacaran heboh
dan gonta-ganti pacar adalah sesuatu yang biasa. “Pendek kata, mereka
akan terimitasi, itulah way of life yang dianggap layak diikuti,” cetus
psikiater yang banyak berhubungan dengan masalah remaja ini.
Menurutnya, jika sesuatu
disampaikan berulang-ulang secara konsisten dengan pesan yang kurang lebih
sama, bisa diprediksi akan terjadi perubahan budaya sesuai dengan yang
disampaikan. Dia juga menekankan bahwa perilaku yang ditiru remaja dan
anak-anak tidak sekadar bersifat fisik dan verbal. Tapi lebih dari itu, mereka
memang sudah dimasuki nilai-nilai yang dianut atau diperankan oleh tokoh-tokoh
dalam film/sinetron yang ditontonnya itu.
2. Setelah membaca teks tersebut,
siswa mendiskusikan dalam kelompok hal- hal berikut!
a. Temukan informasi yang
paling menarik dari kedua teks tersebut!
b. Temukan pendapat yang
didukung oleh alasan yang sangat kuat!
c. Temukan pendapat yang didukung oleh data paling
kuat!
d. Temukan pendapat yang
alasan pendukungnya rendah atau tidak ada!
3. Siswa
menyampaikan pesertujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi
disertai dengan bukti atau alasan.
c. Kegiatan Akhir
Siswa
dan guru melakukan refleksi
5.
Sumber Belajar
a.
Media
cetak/elektronik
b.
Contextual
Teaching and Learning Bahasa Indonesia: Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah
Tsanawiyah Kelas VIII Edisi 4/Kisyani Laksono,…[et. al.].--Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
6.
Penilaian
a. Teknik : Observasi
b. Bentuk instrumen : Lembar observasi
c. Soal/Instrumen : ..
Lembar Observasi
No
|
Hal
|
Kriteria
|
Skor
|
1
|
Partisipasi
|
Aktif
|
3
|
Cukup
|
2
|
||
Kurang
|
1
|
||
2
|
Kejelasan
arah topik
|
Jelas
|
3
|
Cukup
|
2
|
||
Kurang
|
1
|
||
3
|
Kelogisan
|
Logis
|
3
|
Cukup
|
2
|
||
Kurang
|
1
|
||
4
|
Kesantunan
|
Santun
|
3
|
Cukup
|
2
|
||
Kurang
|
1
|
||
Jumlah
skor maksimal
|
12
|
Nilai akhir = Perolehan skor x skor ideal (100)
Skor maksimum (12)
Tegowanu, 15 Januari 2012
Mengetahui
Kepala
Sekolah
Guru Mata Pelajaran
H
Saerozi, S.Pd. Supriyadi, S.Pd.
NIP.
19650704 198803 1 013 NIP.
19710116 200501 1 008