Ar-Rahman
Berikut ini beberapa perkara yang tidak boleh ditunda melaksanakannya.
1. Shalat, apabila telah tiba waktunya.
2. Mengurus/mengubur jenazah.
3. Mengawinkan wanita apabila telah bertemu jodoh yang cocok.
4. Melunasi hutang apabila telah mampu membayarnya.
5. Memenuhi janji/nazar apabila telah mampu memenuhinya
Maksud hati ingin mendidik anak supaya lebih disiplin, kuat dan bersikap baik di muka umum akan tetapi kok hasilnya selalu gagal. Sebenarnya kata-kata yang Anda pilih itu memengaruhi anak buat mematuhi Anda atau justru mengacuhkan.
1. "Jangan nangis"
Variasi kalimat yang lain: "Jangan sedih." "Jangan cengeng." "Jangan takut." Tapi anak-anak balita saat marah, takut, kesal pun menangis. Mereka tidak bisa selalu mengartikulasikan perasaan mereka dengan kata-kata. "Hal yang sangat wajar bagi orang tua ingin melindungi anak dari perasaan seperti itu," kata Debbie Glasser, Ph.D., direktur, Family Support Services di Mailman Segal Institute for Early Childhood Studies, Nova Southeastern University, Fort Lauderdale, AS. "Tapi mengatakan jangan tidak membuat anak merasa lebih baik, dan dapat juga mengirim pesan bahwa emosinya sesuatu yang terlarang."
Sebagai gantinya Anda bisa mengatakan, "Kamu sedih tidak diajak bermain oleh Bayu?" atau "Kamu marah mainanmu direbut?" Dengan menamai perasaan, anak Anda akan belajar memberinya kata-kata untuk mengekspresikan dirinya. Sekaligus tanpa sadar mengajarkannya buat berempati. Pada akhirnya, dia akan menangis lebih sedikit dan menggambarkan emosinya sebagai gantinya.
2. "Coba contoh kakakmu/adikmu"
Mungkin tampak membantu jika anak Anda dapat melihat contoh nyata dari saudara kandungnya atau teman. "Rara pintar yah, bisa pake sepatu sendiri." Anak-anak berkembang dengan fasenya sendiri. Membandingkan anak Anda kepada orang lain menyiratkan bahwa Anda tak menginginkannya serta merusak kepercayaan dirinya. Sebaliknya, dorong prestasi dia saat ini: "Wow, kamu mencuci tangan sebelum makan tanpa mama minta, hebat!" Ingat membandingkan dengan saudaranya hanya akan memicu kekesalan dan membakar perasaan iri. Jangan heran kalau Anda justru dibuat pusing dengan pertengkaran mereka tiap hari.
3. "Berhenti atau mama pukul!"
Dalam mendisiplinkan anak, ancaman itu jarang efektif. Anda mengancam dengan peringatan seperti "Ayo berani ulangi lagi, Mama pukul!" Cepat atau lambat anak akan belajar bahwa ancaman itu tak pernah terjadi. Akhirnya ancaman Anda kehilangan kekuatannya. Lebih buruk lagi justru membuat Anda tambah frustasi, akhirnya malah memukul. Akan lebih efektif jika melakukan pengalihan. Caranya dengan membawa anak pergi dari situasi tersebut.
Misalnya, ia mengamuk di toko mainan karena tidak diturutin kemauannya. Daripada Anda bereaksi dengan membentak, mengancam, melotot, langsung saja ambil tindakan dengan menggendong anak Anda keluar dari toko, bawa ke tempat lain, lakukan time out setelah tenang beri pengertian. Cara ini terbukti lebih efektif.
4. "Tunggu sampai Ayah pulang!"
Pengasuhan tipe ini adalah jenis lain dari tipe mengancam. Seperti halnya mengancam, cara ini tidak efektif. Bila Anda ingin pesan Anda sampai pada anak, disiplin harus dilakukan saat itu juga, bukan nanti. Saat anak Anda berulah, bersikap tidak baik, langsung beri konsekunsinya. Disiplin yang ditunda tidak mengajarkan konsekuensi tindakan salah pada anak. Kemungkinan besar yang terjadi saat si ayah pulang, anak Anda sudah lupa kejadian yang tadi. Akibat buruk lainnya, bila ini sering Anda lakukan, Anda akan kehilangan otoritas di mata anak Anda.
Sumber: Parenting
inspirasi
KISAH SEORANG IBU PENJUAL TEMPE
Peristiwanya terjadi di sebuah desa di Jawa Tengah. Seorang ibu setengah baya tersebut sehari-harinya adalah penjual tempe di desanya. Tempe yang dijualnya merupakan tempe yang dibuatnya sendiri.
Pada suatu hari, seperti biasanya, pada saat ia akan pergi ke pasar untuk menjual tempenya. Ternyata pagi itu, tempe yang terbuat dari kacang kedelai itu masih belum jadi tempe, alias masih setengah jadi. Ibu ini sangat sedih hatinya. Sebab jika tempe tersebut tidak jadi berarti ia tidak akan mendapatkan uang karena tempe yang belum jadi tentunya tidak laku dijual. Padahal mata pencaharian si ibu hanyalah dari menjual tempe saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Dalam suasana hatinya yang sedih, si ibu langsung berdoa “ Tuhan, aku mohon kepadaMu agar kedelai ini bisa menjadi tempe sekarang juga, Amin.”Demikian doa singkat si Ibu yang dipanjatkannya dengan sepenuh hatinya. Ia yakin dan percaya pasti Tuhan menjawab doanya. Lalu, dengan tenang ia menekan-nekan dengan ujung jarinya bungkusan bakal tempe tersebut. Dengan hati yang deg-deg-an ia mulai membuka sedikit bungkusannya untuk melihat mujizat kedelai jadi tempe terjadi. Lalu apa yang terjadi, dengan kaget dia mendapati bahwa kedelai tersebut …………………… masih tetap kedelai.
Si Ibu tidak kecewa. Ia berpikir bahwa mungkin doanya kurang jelas didengar Tuhan. Lalu kembali ia tumpang tangan di atas batangan kedelai tersebut. “Tuhan, aku tahu bahwa bagiMu tiada yang mustahil. Tolonglah aku supaya hari ini aku bisa berdagang tempe karena itulah mata pencaharianku Aku mohon dengan namaMu Tuhan jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Amin.”Dengan yakin ia pun kembali membuka sedikit bungkusan tersebut. Lalu apa yang terjadi ? Dengan kaget ia melihat bahwa kacang kedelai tersebut masih tetap begitu ! Sementara hari semakin siang dimana pasar tentunya akan semakin ramai. Si Ibu dengan tidak merasa kecewa atas doanya yang belum terkabul, merasa bahwa bagaimanapun ia akan tetap pergi ke pasar membawa keranjang berisi barang dagangannya itu. Ia berpikir mungkin mujizat Tuhan akan terjadi di tengah perjalanan ia pergi ke pasar.
Lalu ia pun bersiap-siap untuk berangkat ke pasar. Semua keperluannya untuk berjualan tempe seperti biasanya sudah disiapkannya. Sebelum beranjak dari rumahnya, ia sempatkan untuk berdoa sekali lagi. “Tuhan, aku percaya Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju ke pasar, Engkau akan mengadakan Mujizat buatku, Amin.”Lalu ia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan didalam hatinya ia tidak lupa selalu berdoa dan berharap. Tidak lama kemudian sampailah ia di pasar. Dan seperti biasanya ia mengambil tempat untuk menggelar barang dagangannya. Ia yakin bahwa tempenya sekarang pasti sudah jadi. Lalu iapun membuka keranjangnya dan pelan-pelan menekan-nekan dengan jarinya setiap bungkusan yang ada. Perlahan ia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi ? Ternyata saudara-saudara, tempenya benar-benar …… belum jadi !
Si Ibu menelan ludahnya. Ia tarik napas dalam-dalam. Ia mulai kecewa pada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan. Ia merasa Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan kepadanya. Ia hidup hanya mengandalkan hasil menjual tempe saja. Selanjutnya, ia hanya duduk saja tanpa menggelar dagangannya karena ia tahu bahwa mana ada orang mau membeli tempe yang masih setengah jadi.Sementara hari semakin siang dan pasar sudah mulai sepi dengan pembeli. Ia melihat dagangan teman-temannya sesama penjual tempe yang tempenya sudah hampir habis. Rata-rata tinggal sedikit lagi tersisa. Si ibu tertunduk lesu. Ia seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan hidupnya hari itu. Ia hanya bisa termenung dengan rasa kecewa yang dalam. Yang ia tahu bahwa hari itu ia tidak akan mengantongi uang sepeserpun.
Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. “Bu ?..! Maaf ya, saya mau tanya. Apakah ibu menjual tempe yang belum jadi ? Soalnya dari tadi saya sudah keliling pasar mencarinya”. Seketika si ibu tadi terperangah. Ia kaget. Sebelum ia menjawab sapaan wanita di depannya itu, dalam hati cepat-cepat ia berdoa “Tuhan … Saat ini aku tidak butuh tempe lagi. Aku tidak butuh lagi. Biarlah daganganku ini tetap seperti semula. Amin.” Tapi kemudian, ia tidak berani menjawab wanita itu. Ia berpikir jangan-jangan selagi ia duduk-duduk termenung tadi, tempenya sudah jadi. Jadi ia sendiri saat itu dalam posisi ragu-ragu untuk menjawab ya kepada wanita itu.
“Bagaimana nih ?” ia pikir. “Kalau aku katakan iya, jangan-jangan tempenya sudah jadi. Siapa tahu tadi sudah terjadi mujizat Tuhan ?” Ia kembali berdoa dalam hatinya, “Tuhan, biarlah tempeku ini tidak usah jadi tempe lagi. Sudah ada orang yang kelihatannya mau beli. Tuhan tolonglah aku kali ini. Tuhan dengarkanlah doaku ini …” ujarnya berkali-kali.Lalu, sebelum ia menjawab wanita itu, ia pun membuka sedikit daun penutupnya. Lalu ? Apa yang dilihatnya Saudara-Saudara ? Ternyata ….. ternyata ….. memang benar tempenya belum jadi Ia bersorak senang dalam hatinya. Alhamdulillah….Alhamdulillah… katanya. Singkat cerita wanita tersebut memborong semua dagangan si ibu itu.
Sebelum wanita itu pergi, ia penasaran kenapa ada orang yang mau beli tempe yang belum jadi. Ia bertanya kepada si wanita. Dan wanita itu mengatakan bahwa anaknya di Yogya mau tempe yang berasal dari desa itu.Berhubung tempenya akan dikirim ke Yogya jadi ia harus membeli tempe yang belum jadi, supaya setibanya di sana, tempenya sudah jadi. Kalau tempe yang sudah jadi yang dikirim maka setibanya di sana nanti tempe tersebut sudah tidak bagus lagi dan rasanya sudah tidak enak lagi.
______________________________________
Apa yang bisa kita simpulkan dari cerita ini ?
Kita sebagai manusia sering memaksakan kehendak kepada Tuhan pada waktu berdoa dan sebenarnya Tuhan lebih mengetahui apa yang kita perlukan.
DIA menolong kita dengan caraNya yang rahasia, sama sekali diluar perkiraan pikiran manusia sebelumnya.
Apa pun itu, tiada yang mustahil bagiNYA.
Percayalah bahwa DIA akan menjawab doa kita sesuai dengan rencanaNya, walau terkadang jawaban itu tidak slalu terkabulkan dalam waktu yang cepat.
(sumber : http://terimakasihibu.blogspot.com/2011/04/kisah-seorang-ibu-sipenjual-tempe.html)
PENGERTIAN PK GURU
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya.
Langganan:
Postingan (Atom)