Teks berikut
untuk nomor 1,2,dan 3!
1.
Hanya 30 menit kemudian Nadira sudah hadir di ruang rapat, lebih
segar dan sudah berganti baju.Tara tersenyum meski dia tidak bisa
menyembunyikan keprihatinannya. Nadira langsung duduk dihadapan Tara dan
melirik ke kiri dan ke kanan.
“ Yang lain mana?”
“ Yang lain sedang liputan,Dir. Saya mau bicara…”
“ Oh…” Nadira terdiam beberapa saat.”Saya juga mau mengajukan satu permohonan ,Mas.”
“ Ya?”
“ Saya tahu, kita tak boleh memilih penugasan. Tapi hanya untuk minggu ini… saya minta tidak dilibatkan tim laporan utama.”
Dalam keadaan biasa, sang Kepala Biro akan memberi ceramah dua jam tentang filsafaf majalah Tera: bahwa siapa pun tidak boleh menolak penugasan yang diberikan. Tetapi setelah tiga tahun kematian ibu Nadira, Tara tak pernah melihat Nadira tersenyum atau menangis. Diam-diam Tara memperhatikan , Nadira sudah tak memiliki emosi.
(Leila S. Chudori, Tasbih)
“ Yang lain mana?”
“ Yang lain sedang liputan,Dir. Saya mau bicara…”
“ Oh…” Nadira terdiam beberapa saat.”Saya juga mau mengajukan satu permohonan ,Mas.”
“ Ya?”
“ Saya tahu, kita tak boleh memilih penugasan. Tapi hanya untuk minggu ini… saya minta tidak dilibatkan tim laporan utama.”
Dalam keadaan biasa, sang Kepala Biro akan memberi ceramah dua jam tentang filsafaf majalah Tera: bahwa siapa pun tidak boleh menolak penugasan yang diberikan. Tetapi setelah tiga tahun kematian ibu Nadira, Tara tak pernah melihat Nadira tersenyum atau menangis. Diam-diam Tara memperhatikan , Nadira sudah tak memiliki emosi.
(Leila S. Chudori, Tasbih)
Latar tempat dialog dalam kutipan itu terjadi di…
A. Ruang rapat
B. Ruang Nadira
C. Ruang Tara
D. Ruang ibu
Nadira
E. Sebuah kantor
2. Cerpen di atas
mengisahkan sesaat kehidupan pelaku yaitu saat Nadira…
A.
terlambat datang ke kantor
B.
di kantor majalah Tera pagi hari
C. liputan di
luar kantor
D. kehilangan
ibunya
E. membuat
laporan utama
3. Berdasarkan
cara menyebut tokohnya, kutipan tersebut menggunakan sudut pandang…
A.
aku utama
B. aku pengamat
C. dia pengamat
D.
dia mahatahu
E. dia terbatas
Teks berikut
untuk nomor 4,5!
4. Kami adalah
para pendatang yang awalnya tidak saling mengenal. Rutinitas sehari- hari
membuat sekedar kumpul-kumpul dengan tetangga sangat sulit. Tapi pohon kersen
itu perlahan-lahan tumbuh subur. Kami menyiramnya dengan rutin. Sejak kecil
memagarinya dengan kawat. Agar kambing yang lewat tidak memakannya. Padamulanya
anak-anak yang kerap bermain di situ.Lama –lama para ibu yang awalnya hanya
mengawasi mereka. Lalu menjadikannya sebagai tempat berkumpul yang
menyenangkan. Kami akan tahu siapa yang sakit, siapa yang butuh
pertolongan.Rangkaian pembicaraan di bawah pohon itu setiap hari berkembang
kearah yang lebih besar.Terutama bagi diriku sendiri.Melalui kabar seorang
tetangga yang berbicara di bawah pohon kersen itulah, aku akhirnya mendapat
pekerjaan. Dia bercerita tentang lowongan pekerjaan di kantor suaminya.
(Horizon V,2010)
Kutipan cerita di atas secara garis besar sebenarnya mengisahkan...
(Horizon V,2010)
Kutipan cerita di atas secara garis besar sebenarnya mengisahkan...
A.
Ibu-ibu yang berkumpul di bawah pohon kersen.
B. Anak-anak yang
berkumpul di bawah pohon kersen.
C. Warga yang
menyayangi pohon kersen.
D.
Peran ganda pohon kersen di sebuah pemukiman
E. Pembicaraan
warga di bawah pohon kersen.
5. Latar cerita
yang paling kuat dalam kutipan di atas adalah...
A. latar tempat
B. latar waktu
C. latar
masyarakat
D. latar budaya
E. latar ekonomi
Teks berikut
untuk nomor 6,7, dan 8!
6. Petugas
berhenti,Mbah Jaripah terdiam dengan mulut sedikit terbuka.
“ Semua dan siapa saja tidak boleh lagi berjualan di trotoar pinggiran jalan raya. Jelas ya Mbah?”
“ Ya.. Iya… Deen.”
Seperti menangkap kebingungan yang terpancar di wajah Mbah Jaripah, petugas itu memberi alasan tanpa diminta.
“ Kalau ingin jualan, di gang saja, jangan di pinggir jalan raya.”
“ Ya..Iya..Den.”
Petugas pergi, mobilnya berjalan mantap.Mbah Jaripah menata perlengkapannya dibantu Pak Ngadiman-tukang becak langganannya. Becak pun dikayuh menuju gang ke arah rumah Mbah Jaripah sebagaimana biasanya. Beberapa hari sesudah itu Mbah Jaripah tidak berjualan nasi. Banyak yang betanya; Kenapa? Di mana? Apakah sakit? Hingga pada suatu hari Mbah Jaripah berjualan lagi di sebuah gang sedikit ke arah timur dari tempat yang semula.
Pada hari pertama dan kedua sejak berjualan lagi, nasi tidak habis. Karena itu pada hari ketiga beras yang dimasak dikurangi. Apalagi dalam beberapa hari ini harga beras dengan mantap naik tanpa mau menoleh.Konon kenaikan ini disebabkan oleh dua hal yang bertentangan tetapi keduanya secara bulat mendukung sepenuhnya kenaikan harga beras. Yang pertama adalah bencana banjir yang dengan sangat bernafsu merusakbinasakan padi di sawah tanpa pandang bulu. Yang kedua, kemarau panjang. Yang termasuk hebat adalah antara banjir dan kemarau panjang yang bagai tanpa jarak. Tidak lama sesudah bencana banjir, hujan tak kunjung datang secara berkepanjangan. Keduanya seperti sepakat untuk membuat beras menjadi langka, yang artinya harga beras membubung.
( Subardi Agan, Sihir Air Mancur)
Hal yang dibahas dalam kutipan di atas adalah…
“ Semua dan siapa saja tidak boleh lagi berjualan di trotoar pinggiran jalan raya. Jelas ya Mbah?”
“ Ya.. Iya… Deen.”
Seperti menangkap kebingungan yang terpancar di wajah Mbah Jaripah, petugas itu memberi alasan tanpa diminta.
“ Kalau ingin jualan, di gang saja, jangan di pinggir jalan raya.”
“ Ya..Iya..Den.”
Petugas pergi, mobilnya berjalan mantap.Mbah Jaripah menata perlengkapannya dibantu Pak Ngadiman-tukang becak langganannya. Becak pun dikayuh menuju gang ke arah rumah Mbah Jaripah sebagaimana biasanya. Beberapa hari sesudah itu Mbah Jaripah tidak berjualan nasi. Banyak yang betanya; Kenapa? Di mana? Apakah sakit? Hingga pada suatu hari Mbah Jaripah berjualan lagi di sebuah gang sedikit ke arah timur dari tempat yang semula.
Pada hari pertama dan kedua sejak berjualan lagi, nasi tidak habis. Karena itu pada hari ketiga beras yang dimasak dikurangi. Apalagi dalam beberapa hari ini harga beras dengan mantap naik tanpa mau menoleh.Konon kenaikan ini disebabkan oleh dua hal yang bertentangan tetapi keduanya secara bulat mendukung sepenuhnya kenaikan harga beras. Yang pertama adalah bencana banjir yang dengan sangat bernafsu merusakbinasakan padi di sawah tanpa pandang bulu. Yang kedua, kemarau panjang. Yang termasuk hebat adalah antara banjir dan kemarau panjang yang bagai tanpa jarak. Tidak lama sesudah bencana banjir, hujan tak kunjung datang secara berkepanjangan. Keduanya seperti sepakat untuk membuat beras menjadi langka, yang artinya harga beras membubung.
( Subardi Agan, Sihir Air Mancur)
Hal yang dibahas dalam kutipan di atas adalah…
A. Efek kenaikan
harga bagi rakyat kecil.
B. Larangan
berjualan di pinggir jalan raya.
C. Mahalnya harga
beras.
D. Bencana alam
mengakibatkan harga beras mahal.
E. Kemarau yang
terlalu panjang.
7. Majas
personifikasi terdapat dalam kalimat berikut..
A.
Mbah Jaripah menata perlengkapannya dibantu Pak Ngadiman.
B. Becak pun dikayuh
menuju gang ke arah rumah Mbah Jaripah.
C.
Apalagi dalam beberapa hari ini harga beras dengan mantap naik tanpa
mau menoleh.
D. Yang termasuk
hebat adalah datangnya banjir dan kemarau tanpa jarak.
E. Tak lama
sesudah banjir, hujan tak kunjung dating secara berkepanjangan.
Teks berikut
untuk nomor 8,9,dan 10!
8. Rahman duduk
di trotoar jalan, memandang lesu pada monas yang menjulang tinggi di
atasnya.Kotak kayu kecilnya tetap setia berada di sampingnya.
“ Ah,seandainya emas di puncak monas itu milikku, tentu hidupku tidak seperti ini,” gumamnya. Lamunannya melayang ke rumah besar di ujung jalan yang selalu ia kagumi setiap hari. Andaikata ia punya rumah sebesar itu, tentulah ia bisa membahagiakan laki-laki itu
Satu hal yang membingungkan, laki-laki itu tidak mau dipanggil bapak atau ayah. Dia selalu menghardiknya setiap kali dipanggil “Bapak”.Entah kenapa, padahal laki-laki itulah yang membesarkannya sejak kecil. Rahman tidak tahu siapa orangtuanya dan di mana mereka sekarang.Orang-orang bilang orangtuanya membuangnya saat masih bayi. Laki-laki itu membesarkannya dan memperlakukan layaknya ayah pada anak.
( Azizatus Suhailah, Jangan Panggil Aku Ayah)
Latar tempat yang ada dalam kutipan di atas adalah...
“ Ah,seandainya emas di puncak monas itu milikku, tentu hidupku tidak seperti ini,” gumamnya. Lamunannya melayang ke rumah besar di ujung jalan yang selalu ia kagumi setiap hari. Andaikata ia punya rumah sebesar itu, tentulah ia bisa membahagiakan laki-laki itu
Satu hal yang membingungkan, laki-laki itu tidak mau dipanggil bapak atau ayah. Dia selalu menghardiknya setiap kali dipanggil “Bapak”.Entah kenapa, padahal laki-laki itulah yang membesarkannya sejak kecil. Rahman tidak tahu siapa orangtuanya dan di mana mereka sekarang.Orang-orang bilang orangtuanya membuangnya saat masih bayi. Laki-laki itu membesarkannya dan memperlakukan layaknya ayah pada anak.
( Azizatus Suhailah, Jangan Panggil Aku Ayah)
Latar tempat yang ada dalam kutipan di atas adalah...
A.
di lapangan monas
B. di trotoar
jalan raya
C. di rumah besar
D. di ujung jalan
E.
di trotoar jalan sekitar monas
9. Tema kutipan
tersebut adalah...
A.
Kasihilah anak- anak yang bernasib seperti Rahman.
B.
Kebingungan Rahman atas sikap laki-laki yang membesarkannya.
C. Kekaguman
Rahman atas rumah besar di ujung jalan.
D. Kasih sayang
laki-laki kepada Rahman.
E. Laki-laki yang
selalu marah kepada Rahman.
10. Amanat yang
ada dalam kutipan di atas adalah...
A.
Kasihilah anak- anak yang bernasib seperti Rahman.
B. Kebingungan
Rahman atas sikap laki-laki yang membesarkannya.
C. Kekaguman
Rahman atas rumah besar di ujung jalan.
D. Kasih sayang
laki-laki kepada Rahman.
E. Laki-laki yang
selalu marah kepada Rahman.
Sumber : quipperschool.com