Ar-Rahman

‏ الرَّحْمنُ (1 (Tuhan) Yang Maha Pemurah. 2) عَلَّمَ الْقُرْآنَ Yang telah mengajarkan Al Qur'an. 3) خَلَقَ الْإِنْسانَ Dia menciptakan manusia, 4) عَلَّمَهُ الْبَيانَ Mengajarnya pandai berbicara. 5) الشَّمْسُ وَ الْقَمَرُ بِحُسْبانٍ Matahari dan bulan ( beredar ) menurut perhitungan. وَ النَّجْمُ وَ الشَّجَرُ يَسْجُدانِ (6) Dan tumbuh- tumbuhan dan pohon-pohonan kedua- duanya tunduk kepada-Nya. وَ السَّماءَ رَفَعَها وَ وَضَعَ الْميزانَ (7) Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca ( keadilan ). أَلاَّ تَطْغَوْا فِي الْميزانِ (8) Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. وَ أَقيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَ لا تُخْسِرُوا الْميزانَ (9) Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. وَ الْأَرْضَ وَضَعَها لِلْأَنامِ (10) Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk ( Nya ). فيها فاكِهَةٌ وَ النَّخْلُ ذاتُ الْأَكْمامِ (11) Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.(11) وَ الْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَ الرَّيْحانُ (12) Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga- bunga yang harum baunya. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (13) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. خَلَقَ الْإِنْسانَ مِنْ صَلْصالٍ كَالْفَخَّارِ (14) Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, وَ خَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مارِجٍ مِنْ نارٍ (15) Dan Dia menciptakan jin dari nyala api. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (16) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَ رَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ (17) Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (18) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيانِ (19) Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu بَيْنَهُما بَرْزَخٌ لا يَبْغِيانِ (20) Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (21) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَ الْمَرْجانُ (22) Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (23) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. وَ لَهُ الْجَوارِ الْمُنْشَآتُ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلامِ (24) Dan kepunyaan-Nya lah bahtera- bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung- gunung. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (25) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. كُلُّ مَنْ عَلَيْها فانٍ (26) Semua yang ada di bumi itu akan binasa. وَ يَبْقى‏ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَ الْإِكْرامِ (27) Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (28) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. يَسْئَلُهُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ في‏ شَأْنٍ (29) Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (30) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَ الثَّقَلانِ (31) Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (32) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. يا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَ الْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطارِ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ إِلاَّ بِسُلْطانٍ (33) Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus ( melintasi ) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (34) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. يُرْسَلُ عَلَيْكُما شُواظٌ مِنْ نارٍ وَ نُحاسٌ فَلا تَنْتَصِرانِ (35) Kepada kamu, ( jin dan manusia ) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri ( daripadanya ). فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (36) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّماءُ فَكانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهانِ (37) Maka apabila langit terbelah dan menjadi merah mawar seperti ( kilapan ) minyak. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (38) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. فَيَوْمَئِذٍ لا يُسْئَلُ عَنْ ذَنْبِهِ إِنْسٌ وَ لا جَانٌّ (39) Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (40) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسيماهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّواصي‏ وَ الْأَقْدامِ (41) Orang- orang yang berdosa dikenal dengan tanda- tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (42) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. هذِهِ جَهَنَّمُ الَّتي‏ يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ (43) Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang- orang berdosa. يَطُوفُونَ بَيْنَها وَ بَيْنَ حَميمٍ آنٍ (44) Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (45) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. وَ لِمَنْ خافَ مَقامَ رَبِّهِ جَنَّتانِ (46) Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (47) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. ذَواتا أَفْنانٍ (48) Kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (49) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. فيهِما عَيْنانِ تَجْرِيانِ (50) Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (51) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. فيهِما مِنْ كُلِّ فاكِهَةٍ زَوْجانِ (52) Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (53) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. مُتَّكِئينَ عَلى‏ فُرُشٍ بَطائِنُها مِنْ إِسْتَبْرَقٍ وَ جَنَى الْجَنَّتَيْنِ دانٍ (54) Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat ( dipetik ) dari dekat. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (55) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. فيهِنَّ قاصِراتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَ لا جَانٌّ (56) Di dalam surga itu ada bidadari- bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka ( penghuni- penghuni surga yang menjadi suami mereka ) dan tidak pula oleh jin. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (57) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. كَأَنَّهُنَّ الْياقُوتُ وَ الْمَرْجانُ (58) Seakan- akan bidadari itu permata yakut dan marjan. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (59) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. هَلْ جَزاءُ الْإِحْسانِ إِلاَّ الْإِحْسانُ (60) Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan ( pula ). فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (61) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. وَ مِنْ دُونِهِما جَنَّتانِ (62) Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (63) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan, مُدْهامَّتانِ (64) Kedua surga itu ( kelihatan ) hijau tua warnanya. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (65) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. فيهِما عَيْنانِ نَضَّاخَتانِ (66) Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (67) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. فيهِما فاكِهَةٌ وَ نَخْلٌ وَ رُمَّانٌ (68) Di dalam keduanya ada (macam- macam ) buah-buahan dan kurma serta delima. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (69) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. فيهِنَّ خَيْراتٌ حِسانٌ (70) Di dalam surga- surga itu ada bidadari- bidadari yang baik- baik lagi cantik- cantik. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (71) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. حُورٌ مَقْصُوراتٌ فِي الْخِيامِ (72) (Bidadari- bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (73) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَ لا جَانٌّ (74) Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka ( penghuni- penghuni surga yang menjadi suami mereka ) dan tidak pula oleh jin. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (75) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. مُتَّكِئينَ عَلى‏ رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَ عَبْقَرِيٍّ حِسانٍ (76) Mereka bertelekan pada bantal- bantal yang hijau dan permadani- permadani yang indah. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ (77) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. تَبارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلالِ وَ الْإِكْرامِ (78) Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai kebesaran dan karunia.
Sesungguhnya surga itu memiliki banyak pintu, salah satunya disebut AR-RAYYAN artinya 'Basah melimpah'. Nanti akan dipanggilah pada hari kiamat "wahai mana orang-orang yang berpuasa?" lalu bila orang terakhir dari mereka telah masuk ke dalam pintu tersebut, maka pintu itu pun ditutuplah (Sabda Nabi Muhammad SAW. HR Bukhari dan Muslim) Apakah tabungan puasa kita yang telah terkumpul dari tahun ke tahun itu cukup untuk membuka AR-RAYYAN, salah satu pintu surga yang termasyur itu? Tentu hanya Tuhan yang tahu. Tapi setidakknya kita harus yakin dahulu.

Cara Membuat Keset dari Sabut Kelapa Alat

Alat :
·  Rimbagan ( tempat untuk menganyam )
·  Palu
·  Pisau
·  Gunting

Bahan yang dibutuhkan :
·  Sabut kelapa
·  Tali ( tambang ) dari sabut kelapa
·  Minyak kelapa

cara membuat:
1. Siapkan alat dan bahannya.
2. Bentuklah sabut kelapa seperti bantal.
3. Pasangkan tali atau tambang pada rimbagan sebagai alur untuk menganyam.
4. Oleskan minyak secukupnya pada tali tersebut agar ketika dianyam tidak tersendat.
5. Anyamlah tali sebagai awalan skaligus menjai pondasinya.
6. Anyam sabut kelapa seperti menenun , masukan dari atas ditata sejajar sampai semuanya      terisi penuh.
7. Setiap satu baris rapatkan dengan dipukul – pukul dari atas dengan palu agar     keset              menjadi padat dan kuat.
8. Setelah selesai menganyam kemudian, permukaan keset dipangkas agar rata.

sumber : http://saptianto.blogspot.com

6 Ciri Manusia Indonesia

6 Ciri Manusia Indonesia
Enam ciri manusia yang pernah disampaikan Mochtar Lubis saat berpidato di Taman Ismail Marzuki pada 16 April 1977. Saat itu Mochtar Lubis menyampaikan pidato berjudul "Manusia Indonesia".
Sebagian dari Anda mungkin pernah membacanya.
Kl 20 tahun lalu saya membaca buku karya Sastrawan Besar, (Alm) Mochtar Lubis, yg terbit tahun 1977/1978. Sejak itu pula sy merasa menjadi bagian yg teridentifikasi sebagai tertuduh, terdakwa, atau tersangka.
Ciri-ciri manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis adalah:
1. Munafik atau hipokritis, Manusia-manusia bertopeng dengan tujuan mencari selamat sendiri, topeng-topeng kepalsuan, baik tampak luar ,berhati busuk dan berwatak buruk di dalamnya.
2. tidak mau (enggan atau segan) bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukannya,
melemparkan tanggung jawab kepada pihak lain tp sebaliknya senang dipuji, etos kerja rendah.
3. berjiwa feodal. menganggap lebih tinggi derajatnya dari orang lain, bersikap priyayi, suka dihormati tp tidak suka menghargai orang lain, sukanya dilayani.
4. percaya hal-hal mistik (takhyul)
5. artistik berjiwa seni,
6. watak yang lemah. Manusia Indonesia kurang kuat dalam memper- tahankan dan memperjuangkan keyakinan serta pendiriannya.
Ciri lainnya, boros, senang berpakaian bagus dan berpesta,
suka tidak bekerja keras kecuali terpaksa, ingin menjadi miliuner seketika, mencari pangkat walau dg cara tidak benar, cenderung kurang sabar, tukang menggerutu, dan cepat dengki, gampang senang dan bangga pada hal-hal yang hampa. bisa kejam, mengamuk, membunuh, berkhianat, membakar, dan bermalas-malas.
Dibalik berbagai kekurangan tersebut, tetapi manusia Indonesia tidaklah buruk melulu, banyak juga sifat baik.

Ketika Kita Direndahkan Orang Lain.

  1. Jangan mudah terpengaruh
  2. Jangan sering memunculkan memori itu, lupakan saja.  Seperti kita mudah melupakan pelajaran padahal besok ulangan. 
  3. Katakan pada diri sendiri bahwa; Anda lebih baik daripada orang yang merendahkan Anda itu!” Tapi jangan menjadi kesombongan.
  4. Jangan menjadikan motivasi untuk bangkit tanpa kita sadari berubah menjadi kesombongan.
  5. Jangan-jangan itu balasan kepada kita karena dahulu kita pernah merendahkan orang lain.
  6. Orang yang merendahkan kita belum tentu lebih baik dari kita.
  7. Tingkatkan harkat martabat kita karena pada dasarnya kita diciptakan Tuhan dengan penuh harkat martabat.
  8. Martabat kita sebatas yang kita usahakan padahal Tuhan sudah memberi peluang untuk mendapatkan martabat setinggi apapun. Maka tidak ada kata lain, kita harus berjuang.
  9. Jangan kita merendahkan diri sendiri.
  10. Belajar terus menjadi manusia yang lebih baik, lebih sukses, lebih lebih yang lain.

Ah teori. Semoga dapat membantu.

Orang Bangkrut

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.' (HR.Muslim No.4678)

Anak Manja? Orang Tualah Penyebabnya

Ibu Megan sama sekali tak menyangka bahwa ketiga anak perempuan yang dibesarkannya akan menjadi anak manja seperti sekarang. Ibu Megan dan suaminya berasal dari keluarga baik-baik dan selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Maka dari itu Ibu Megan tak pernah meminta anak-anaknya membantu mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, bersih-bersih, dll. Tak heran jika dalam perkembangannya anak-anak itu tumbuh menjadi anak manja.
“Saya tak bermaksud menjadikan mereka anak manja. Saya cuma minta mereka belajar dan mendahulukan hal-hal yang ada kaitannya dengan sekolah,” ungkap Ibu Megan.
Ibu Megan menyadari adanya sesuatu yang salah ketika ketiga anak perempuannya lama kelamaan menjadi sekelompok anak manja yang bersikap kasar, bahkan memperlakukan dirinya tak ubahnya seperti pembantu.
Ibu Megan telah berupaya melakukan berbagai macam cara, namun hal itu tak berhasil mengubah perilaku ketiga anaknya menjadi lebih baik. Dari hari ke hari tingkah mereka sebagai anak manja jadi makin menyebalkan.
“Saya tak mengerti kenapa mereka jadi seperti itu,” keluh Ibu Megan.
Kesimpulan Hellen Chen
Ibu Megan menemui Hellen Chen, seorang ahli di bidang masalah keluarga dan pernikahan, untuk mencari penyelesaian terbaik atas masalah yang sedang dihadapinya. Berikut adalah kesimpulan Hellen Chen setelah mendengar penjelasan Ibu Megan.

Anak manja tak segan memperlakukan orang tuanya seperti pembantu.
“Ibu Megan dan suaminya ingin membuat anak mereka bahagia dengan memberikan semua yang diinginkan anak-anaknya. Mereka memang memenuhi kebutuhan anak-anaknya dalam hal pendidikan dan materi dengan sebaik-baiknya.
Namun, mereka melupakan satu hal penting sehingga membuat anak-anak perempuan mereka tumbuh menjadi anak manja, dan bahkan tak dapat merasakan kasih sayang yang diberikan orang tuanya,” kata Hellen Chen.
Ibu Megan mengakui bahwa kadang kala tabiat anak manja mereka sangat keterlaluan, karena ketiga anak perempuan itu sangat tergantung kepadanya, bahkan untuk hal-hal sepele. Selain itu, ia dan ketiga anaknya tak pernah terlibat dalam pembicaraan yang akrab dan hangat.

Kesalahan terbesar orang tua

Dalam wawancara dengan sebuah majalah parenting, Hellen Chen menjelaskan mengenai kesalahan terbesar orang tua sehingga seorang anak tumbuh menjadi anak manja dan tidak punya tanggung jawab.
Ia menyebutkan kesalahan orang tua itu adalah ketika mereka hanya menyuruh anak untuk belajar dan tidak pernah menyuruh anak belajar melakukan hal lainnya.
Dengan hanya meminta anak untuk peduli terhadap pendidikannya dan belajar, sama artinya dengan memperbolehkan anak-anak untuk tidak mempedulikan aspek-aspek lain dalam kehidupan mereka.
“Seorang anak manja mungkin saja bisa lulus dari sebuah universitas terbaik dengan nilai memuaskan. Namun ia tak memiliki kemampuan untuk menjalin pertemanan, memiliki kekasih atau membentuk keluarga.
Mungkin ia juga tak punya tanggung jawab ketika sudah memasuki dunia kerja. Jika kemampuan semacam ini tak dipelajari anak sejak dini, maka ia akan mendapat banyak masalah ketika sudah dewasa,” ujar Hellen Chen.
Kesuksesan dalam menjalin hubungan sosial tidak dapat diraih melalui prestasi akademis.
“Seseorang yang mengalami kegagalan dalam pernikahan kemungkinan besar tidak mendapat pelajaran bagaimana bertanggung jawab secara sosial ketika ia masih kecil.
Orang tua yang hanya mengharuskan anak-anaknya untuk meraih pencapaian akademik terbaik sama artinya dengan mengajarkan pada anak bahwa hidup adalah tentang bagaimana meraih nilai. Dan ini berakibat buruk untuk anak,” lanjut Hellen Chen.
Hellen Chen juga mengkorelasikan antara tingginya angka perceraian di Amerika Serikat dan Asia dengan pola asuh yang diterapkan oleh para orang tua, yang pada dasarnya bermaksud baik namun malah menghasilkan anak manja dan kurang bertanggung jawab dengan kehidupannya ketika mereka dewasa.
” Jika pola asuh kita membuat anak hanya mengutamakan kesenangan mereka sendiri, di kemudian hari mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang cenderung berpikir ‘bagaimana kamu bisa membuatku bahagia?’ ketika mereka sudah menikah.”
Parents, sudah tepatkah pola asuh Anda?
Copas dari: http://id.theasianparent.com/anak-manja-karena-kesalahan-orang-tua/4/