RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Unit 2
Sekolah
|
:
|
SMP
N 3 Tegowanu
|
Mata
Pelajaran
|
:
|
Bahasa
Indonesia
|
Kelas/Semester
|
:
|
VII/1
|
Standar
Kompetensi
|
:
|
2
Mengungkapkan pengalaman dan informasi
melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumuman
|
Kopetensi
Dasar
|
:
|
2.1 Menceritakan pengalaman yang paling
mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.
|
Indikator
|
:
|
1.1.1
Peserta didik mampu mendata pokok-pokok
cerita pengalaman yang mengesankan.
1.1.2
Peserta didik mampu menyusun pokok-pokok
cerita menjadi rangkaian cerita pengalaman yang mengesankan.
1.1.3
Peserta didik mampu menceritakan
pengalaman yang paling mengesankan berdasarkan pokok-pokok rangkaian cerita
dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan kalimat efektif.
|
Alokasi
Waktu
|
:
|
4 x 40 menit (2
x pertemuan)
|
1.
Tujuan
Pembelajaran
Peserta didik dapat menceritakan pengalaman yang paling mengesakan
dengan menggunakan pilihan kata dan
kalimat efektif.
Pertemuan pertama indikator : 2.1.1 mampu mendata
pokok-pokok cerita pengalaman yang mengesankan
2.1.2 mampu menyusun pokok-pokok cerita menjadi rangkaian
cerita
Pertemuan kedua indikator : 2.1.3
mampu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan berdasarkan pokok-pokok
rangkaian cerita dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan kalimat efektif
Karakter peserta didik yang diharapkan : disiplin, peduli, santun, kreatif, percaya diri, kerja
keras, bertanggung jawab
Pengalaman yang mengesankan
a.
Pokok-pokok pengalaman
yang mengesankan
b.
Bercerita pengalaman
yang mengesankan
3.
.Metode
Pembelajaran
a.
Pemodelan
b.
Tanya jawab
c.
Penugasan
d.
Demonstrasi
4.
Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
Pertama
a.
Pendahuluan
1)
Berdoa, salam,
mengecek kehadiran peserta didik, menyiapkan peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran dan memberi motivasi
2)
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
3)
Menyampaikan rencana kegiatan.
1.
mengamati contoh pengalaman yang mengesankan, (2) menentukan
pokok-pokok pengalaman yang mengesankan, (3) merangkai pokok-pokok pengalaman
yang mengesankan menjadi cerita, (4) bercerita pengalaman yang mengesankan, (5)
menanggapi cerita pengalaman yang mengesankan yang disampaikan teman
c.
Kegiatan
inti
Eksplorasi
1)
Pendidik mengadakan
apersepsi
2)
Pendidik dan peserta didik
bertanya jawab tentang pengalaman mengesankan yang dialami peserta didik.
Elaborasi
1)
Peserta didik
berkelompok 3 – 4 orang
2)
Peserta didik diberi
lembar kerja 2.1.1
3)
Peserta didik
berdiskusi mengerjakan LEMBAR KERJA
Konfirmasi
1)
Kelompok menyampaikan
hasil diskusi
2)
Kelompok lain
menanggapi
3)
Membuat simpulan hasil
diskusi
4)
Peserta didik
menuliskan pokok-pokok pengalaman yang mengesankan
d.
Refleksi
1)
Peserta
didik dan pendidik melakukan refleksi
2)
Peserta didik membuat rangkuman hasil pembelajaran

Pertemuan Kedua
a. Pendahuluan
1)
Berdoa, salam,
mengecek kehadiran peserta didik, menyiapkan peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran dan memberi motivasi
2)
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
3)
Menyampaikan rencana kegiatan.
menyampaikan
cerita yang telah kamu susun kerangkanya tersebut secara lisan dengan memberdayakan
ungkapan/peribahasa.
b. Kegiatan inti
Eksplorasi
Pendidik mengadakan apersepsi, menanyakan persiapan peserta
didik untuk menceritakan pengalaman yang mengesankan.
Elaborasi
1)
Peserta didik berkelompok
3-4 orang
2)
Peserta didik
menceritakan pengalaman yang dipilihnya itu dihadapan teman-temannya.
Konfirmasi
Secara berkelompok, peserta didik mengomentari penampilan
teman yang bercerita berdasarkan aspek yang telah disepakati
c. Refleksi
1)
Peserta didik dan pendidik
melakukan refleksi
2)
Peserta didik membuat rangkuman hasil pembelajaran
3)
Peserta didik
menuliskan pengalaman belajarnya dalam buku jurnal belajar.
5.
Sumber Belajar
b.
Pengalaman yang mengesankan
c.
Koran/majalah
6.
Penilaian
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk
|
Instrumen
|
|
2.1.1
Peserta didik mampu mendata pokok-pokok
cerita pengalaman yang mengesankan.
|
Tes tulis
|
Uraian
|
§ Tuliskan pokok-pokok cerita pengalaman yang mengesankan
|
2.1.2
Peserta didik mampu menyusun pokok-pokok
cerita menjadi rangkaian cerita pengalaman yang mengesankan.
|
Tes tulis
|
Uraian
|
§ Susunlah pokok-pokok ceritamu menjadi sebuag rangkaian cerita yang utuh!
|
2.1.3
Peserta didik mampu
menceritakan pengalaman yang paling mengesankan berdasarkan pokok-pokok
rangkaian cerita dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan kalimat
efektif.
|
lisan
|
Unjuk kerja
|
§ Ceritakanlah di depan kelas pengalaman yang mengesankan yang kamu alami!
|
Pedoman penskoran
- Identifikasikan pokok-pokok cerita pengalamanmu yang kamu pandang paling mengesankan.
No
|
Kegiatan
|
Skor
|
1
2
|
Peserta
didik mengidentifikasi pokok-pokok
cerita pengalaman yang paling mengesankan dengan urut.
Peserta
didik mengidentifikasi pokok-pokok cerita pengalaman yang mengesankan dengan
alur yang kurang urut
|
3
1
|
Jumlah
maksimal
|
3
|
- Susunlah pokok-pokok cerita itu menjadi rangkuman cerita. Gunakan pilihan kata yang tepat dan efektif!
No
|
Kegiatan
|
Skor
|
1
2
|
Peserta
didik menyusun pokok-pokok cerita menjadi rangkaian cerita dengan menggunakan
pilihan kata yang tepat dan efektif.
Peserta
didik menyusun pokok-pokok cerita menjadi rangkaian cerita dengan pilihan
kata dan kalimat yang kurang tepat/kurang efektif.
|
3
2
|
Jumlah
maksimal
|
3
|
3.
Ceritakan pengalamanmu yang paling
mengesankan itu secara lisan!
Pedoman Penskoran
Rubrik
Penilaian Kemampuan Menceritakan Pengalaman
NO.
|
ASPEK
PENILAIAN
|
DESKRIPSI
|
YA
|
TIDAK
|
1.
|
Isi
|
1.
Apakah isi menarik dan ada hikmah dari pengalaman
yang diceritakan temanmu?
2.
Apakah ada kesesuaian antara kejadian satu dan
kejadian berikutnya?
|
||
2.
|
Penggunaan Bahasa
|
3.
Apakah kalimat-kalimat yang digunakan dapat kamu
pahami!
4.
Apakah pilihan kata yang digunakan tepat?
5.
Apakah dengan pilihan kata dan kalimat yang
digunakan mampu menarik perhatian pendengar?
|
||
3.
|
Kelancaran
|
6.
Apakah temanmu bercerita dengan lancar, tidak
tersendat?
7.
Apakah dari tatapan mata dan gerak tubuhnya,
tercermin rasa percaya diri yang kuat?
|
||
4
|
Penyampaian
|
8.
Apakah volume suara cukup terdengar?
9.
Apakah
intonasinya baik
10.
Apakah lafal
jelas terdengar
|
Skor
maksimal
No.
1) = 3
No.
2) = 3
No.
3) = 10
Jumlah = 16
Nilai
akhir = Perolehan skor x skor ideal (100)
Skor maksimum (16)
Mengetahui,
Kepala
Sekolah
Saerozi, S. Pd.
NIP. 19650704 198803 1 013
|
Tegowanu, Juli 2011
Pendidik Mata Pelajaran
Supriyadi, S.Pd.
NIP 19710116 200501 1 008
|

Sekolah : SMP N 3 Tegowanu
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/1
Standar
Kompetensi : 2 Mengungkapkan
pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumuman
Kopetensi
Dasar : 2.1 Menceritakan pengalaman
yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.
Indikator : (1) Peserta didik mampu mendata pokok-pokok
cerita pengalaman yang mengesankan.
(2)
Peserta didik mampu menyusun
pokok-pokok cerita menjadi rangkaian cerita pengalaman melalui tanya jawab.
(3)
Peserta didik mampu menceritakan
pengalaman yang paling mengesankan berdasarkan pokok-pokok rangkaian cerita
dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan kalimat efektif.
Alokasi
Waktu : 4 x 40 menit (2 x pertemuan)
Petunjuk:
- Bacalah contoh pengalaman mengesankan di bawah ini.
- Diskusikan dengan anggota kelompokmu untuk menjawab pertanyaan di bawah ini.
Pengalaman yang Mengesankan
Pengalaman 1)
Watashiwa wa …
Aku
bersemangat sekali ikut kursus bahasa Jepang di Surabaya karena di samping
tertarik dengan huruf-hurufnya, kudengar tempat kursus yang kutuju juga
mempunyai sensei (pendidik) orang Jepang. Hari itu kami masuk kelas
dengan gembira. Pada saat awal kami diberitahu oleh petugas administrasi bahwa
di kelas kami ada dua nama yang sama, yaitu: Joko Bagus. Oleh sebab itu,
petugas kemudian menambahkan inisial A dan B pada akhir kedua nama itu.
Pelajaran
pertama diisi oleh sensei dari Jepang. Dia mengajak kami untuk saling
memperkenalkan diri dengan memberikan contoh. Pertama, dia mencontohkan dengan
memperkenalkan diri sendiri. Setelah itu, dia melihat daftar presensi dan mulai
membaca nama yang ada untuk contoh. Dia katakan: “Watashi wa Larasati des,
dozoo yoroshiku”. Kami mengangguk-angguk tanda mengerti. Setelah itu dia
membaca presensi lagi dan mengatakan, “Watashi wa, Joko Bagus Be des…” (baca:
watashi wa joko bagus bedes) sampai di situ sontak kami tertawa riuh bahkan ada
yang tertawa terpingkal-pingkal. Joko Bagus pun menggerutu dan bergumam dengan
bahasa Suroboyo-an: “Aduuuh…mosok, bagus-bagus ngene dikira bedes, Rek”
(‘Masak, cakep-cakep begini dikira kera.’), Tawa kami pun semakin meledak dan sensei
kami akhirnya ikut tersenyum-senyum walaupun wajahnya terlihat bingung (KL,
Ajisai, Vol.1, No.1, Oktober 2002 dalam Kisyani, 2004).
Pengalaman 2)
Perjuangan Menjadi
Finalis Pildacil
Teman,
namaku Trismunandar, kelas 5 SD. Aku ditunjuk oleh pihak sekolah untuk
mengikuti Pildalcil, yaitu pemilihan dai cilik ke-3 di Lativi. Audisi di Yogyakarta
dilaksanakan Januari lalu. Saat itu aku memilih tema tentang akhlak manusia.
Aku grogi banget sampai lupa dan mengulang dua kali. Sebulan kemudian aku
dipanggil kepala sekolah untuk mengikuti final Pildacil di Jakarta.
Teman,
aku menangis sedih, karena aku buta dan membuatku tidak percaya diri. Rasa
rendah diri terus menghantuiku. Aku takut, di Jakarta nanti tidak punya teman.
Tapi, pendidik, teman-teman dan keluargaku terus memompa semangatku.
Didampingi
ibu, aku berangkat ke Jakarta. Di tempat karantina aku merasa tidak kerasan dan
meminta Ibu untuk mengajakku pulang saja ke rumah. Namun Ibuku dengan sabar
terus menasihatiku.
Teman,
ternyata dugaanku selama ini salah, keenam belas finalis lain selalu menghibur
dan berkawan akrab denganku. Mereka tidak memandang sebelah mata terhadap
keadaanku yang buta. Aku semakin kerasan dan tumbuh rasa percaya diriku. Aku
juga semakin berani tampil di depan lensa kamera karena dibimbing kakak-kakak
pembina. Setiap hari jadwal kegiatanku sudah ditentukan, seperti membaca
materi, hapalan, kegiatan sosial, dan juga jalan-jalan lho!
Sebenarnya
aku tidak memiliki pengalaman berceramah, paling-paling cuma menjadi pewara
atau MC di sekolah. Pengalamanku menjadi anggota Junior Yaketonis Band sebagai
pemegang keyboard dan sering diundang tampil di berbagai acara dan
sekaligus memenangkan beberapa kejuaraan di Yogyakarta mudah-mudahan bisa
menambah rasa percaya diriku dan doakan ya mudah-mudahan dapat mengantarku
menjadi juara.
Aku
menyesal telah meratapi keadaanku. Mudah-mudahan Allah mengampuni segala
kekhilafanku ini. Amin
Dikutip
dengan beberapa perubahan dari Mentari, Edisi 320 tahun XXIV 2006
Pengalaman 3)
Pelajaran Nenek Penjual
Sapu
Seorang
teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar
Godean, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu hari Minggu, saat dia dan keluarganya
hendak pulang usai silaturahmi bersama kerabat, mereka melawati pasar Godean.
Ibu dari teman saya tergoda memebeli ayam goreng di depan pasar untuk sajian
makan malam. Kebetulan hari mulai gelap.
Di
samping warung ayam goreng tersebut ada seorang nenek berpakaian lusuh bak
pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas, sambil merangkul tiga ikat sapu ijuk.
Keadaannya terlihat payah, lemah, dan tak berdaya. Setelah membayar ayam goreng,
ibu teman saya bermaksud memberi Rp1.000,00 karena iba dan menganggap nenek itu
pengemis. Saat menyodorkan lembaran uang tadi, tidak diduga si nenek malah
menunduk kecewa dan menggeleng pelan. Sekali lagi diberi uang, sekali lagi
nenek itu menolak.
Penjual
ayam goreng kebetulan melihat kejadian itu kemudian menjelaskan bahwa nenek itu
bukanlah pengemis, melainkan penjual sapu ijuk. Paham akan maksud keberadaan
sang nenek yang sebenarnya, ibu teman saya akhirnya memutuskan membeli tiga
sapunya yang berharga Rp1.500,00 per ikat, meskipun ijuknya jarang-jarang dan
tidak bagus, ikatannya pun longgar.
Setelah
menerima uang Rp5000,00 si nenek tampak ngedumel sendiri. Ternyata tidak punya
kembalian. “Ambil saja uang kembaliannya,” kata ibu dari teman saya. Namun, si
nenek ngotot untuk mencari uang kemablian Rp500,00. Dia lalu bangkit dan dengan
susah payah menukar uang di warung terdekat.
Ibu
teman saya terpaku melihat polah sang nenek. Sesampainya di mobil, ia masih
terus berpikir, bagaimana mugnkin di zaman sekarang masih ada yang begitu
jujur, mandir, dan mempunyai harga diri yang begitu tinggi.
Sumber:
Intisari, Agustus 2004
Setelah
kamu membaca tiga contoh pengalaman tersebut, kemudian diskusikanlah jawaban
pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam kelompokmu masing-masing!
1)
Apakah yang dimaksud dengan pengalaman mengesankan menurut
kelompokmu?
2)
Menurut kelompokmu manakah pengalaman yang mengesankan dari bacaan
tersebut? Berikan alasan mengapa mengesankan?
3)
Selain dari segi isi yang diceritakan, apakah pengalaman
mengesankan juga dapat dilihat dari cara menceritakan dan bahasa yang
digunakan? Berikan alasan!
4)
Catatlah ungkapan atau peribahasa yang terdapat pada contoh-contoh
itu dan temukan maknanya!
5)
Berdasarkan isi pengalaman mengesankan di atas termasuk pengalaman mengesankan : lucu atau kocak,
menyedihkan, menyenangkan, atau menegangkan?
Berilah alas an atau buktinya!
2.
Apakah yang dimaksud dengan pengalaman mengesankan menurut
kelompokmu?
|
Jawaban:
|
1.
Menurut kelompokmu manakah pengalaman yang paling mengesankan dari bacaan tersebut? Berikan alasan mengapa paling mengesankan?
|
3.
Selain dari segi isi yang diceritakan, apakah cara bercerita
dan bahasa yang digunakan mempengaruhi
kemenarikan pengalaman yang mengesankan? Berikan alasan
mengapa demikian!
|
4.
Catatlah ungkapan atau peribahasa yang terdapat pada
contoh-contoh itu dan temukan maknanya!
|
5.
Berdasarkan isi pengalaman mengesankan di atas termasuk
pengalaman mengesankan : lucu atau kocak, menyedihkan, menyenangkan, atau
menegangkan? Berilah alasan atau buktinya!
|
Pengalaman
1 =
alasan/bukti =
Pengalaman
2 =
alasan/bukti =
Pengalaman
3 =
alasan/bukti =
|
6.
Aspek-aspek apa yang membuat kelompokmu terkesan?
7.
Apakah penggunaan ungkapan atau peribahasa dapat menambah
kemenarikan cerita tersebut?
Pengalaman 1)
Watashiwa wa …
Aku
bersemangat sekali ikut kursus bahasa Jepang di Surabaya karena di samping
tertarik dengan huruf-hurufnya, kudengar tempat kursus yang kutuju juga
mempunyai sensei (pendidik) orang Jepang. Hari itu kami masuk kelas
dengan gembira. Pada saat awal kami diberitahu oleh petugas administrasi bahwa
di kelas kami ada dua nama yang sama, yaitu: Joko Bagus. Oleh sebab itu,
petugas kemudian menambahkan inisial A dan B pada akhir kedua nama itu.
Pelajaran
pertama diisi oleh sensei dari Jepang. Dia mengajak kami untuk saling
memperkenalkan diri dengan memberikan contoh. Pertama, dia mencontohkan dengan
memperkenalkan diri sendiri. Setelah itu, dia melihat daftar presensi dan mulai
membaca nama yang ada untuk contoh. Dia katakan: “Watashi wa Larasati des,
dozoo yoroshiku”. Kami mengangguk-angguk tanda mengerti. Setelah itu dia
membaca presensi lagi dan mengatakan, “Watashi wa, Joko Bagus Be des…” (baca:
watashi wa joko bagus bedes) sampai di situ sontak kami tertawa riuh bahkan ada
yang tertawa terpingkal-pingkal. Joko Bagus pun menggerutu dan bergumam dengan
bahasa Suroboyo-an: “Aduuuh…mosok, bagus-bagus ngene dikira bedes, Rek”
(‘Masak, cakep-cakep begini dikira kera.’), Tawa kami pun semakin meledak dan sensei
kami akhirnya ikut tersenyum-senyum walaupun wajahnya terlihat bingung (KL,
Ajisai, Vol.1, No.1, Oktober 2002 dalam Kisyani, 2004).
Pengalaman 2)
Perjuangan Menjadi
Finalis Pildacil
Teman,
namaku Trismunandar, kelas 5 SD. Aku ditunjuk oleh pihak sekolah untuk
mengikuti Pildalcil, yaitu pemilihan dai cilik ke-3 di Lativi. Audisi di
Yogyakarta dilaksanakan Januari lalu. Saat itu aku memilih tema tentang akhlak
manusia. Aku grogi banget sampai lupa dan mengulang dua kali. Sebulan kemudian
aku dipanggil kepala sekolah untuk mengikuti final Pildacil di Jakarta.
Teman,
aku menangis sedih, karena aku buta dan membuatku tidak percaya diri. Rasa
rendah diri terus menghantuiku. Aku takut, di Jakarta nanti tidak punya teman.
Tapi, pendidik, teman-teman dan keluargaku terus memompa semangatku.
Didampingi
ibu, aku berangkat ke Jakarta. Di tempat karantina aku merasa tidak kerasan dan
meminta Ibu untuk mengajakku pulang saja ke rumah. Namun Ibuku dengan sabar
terus menasihatiku.
Teman,
ternyata dugaanku selama ini salah, keenam belas finalis lain selalu menghibur
dan berkawan akrab denganku. Mereka tidak memandang sebelah mata terhadap
keadaanku yang buta. Aku semakin kerasan dan tumbuh rasa percaya diriku. Aku
juga semakin berani tampil di depan lensa kamera karena dibimbing kakak-kakak
pembina. Setiap hari jadwal kegiatanku sudah ditentukan, seperti membaca
materi, hapalan, kegiatan sosial, dan juga jalan-jalan lho!
Sebenarnya
aku tidak memiliki pengalaman berceramah, paling-paling cuma menjadi pewara
atau MC di sekolah. Pengalamanku menjadi anggota Junior Yaketonis Band sebagai
pemegang keyboard dan sering diundang tampil di berbagai acara dan
sekaligus memenangkan beberapa kejuaraan di Yogyakarta mudah-mudahan bisa
menambah rasa percaya diriku dan doakan ya mudah-mudahan dapat mengantarku
menjadi juara.
Aku
menyesal telah meratapi keadaanku. Mudah-mudahan Allah mengampuni segala
kekhilafanku ini. Amin
Dikutip
dengan beberapa perubahan dari Mentari, Edisi 320 tahun XXIV 2006
Pengalaman 3)
Pelajaran Nenek Penjual
Sapu
Seorang
teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar
Godean, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu hari Minggu, saat dia dan keluarganya
hendak pulang usai silaturahmi bersama kerabat, mereka melawati pasar Godean.
Ibu dari teman saya tergoda memebeli ayam goreng di depan pasar untuk sajian
makan malam. Kebetulan hari mulai gelap.
Di
samping warung ayam goreng tersebut ada seorang nenek berpakaian lusuh bak
pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas, sambil merangkul tiga ikat sapu ijuk.
Keadaannya terlihat payah, lemah, dan tak berdaya. Setelah membayar ayam
goreng, ibu teman saya bermaksud memberi Rp1.000,00 karena iba dan menganggap
nenek itu pengemis. Saat menyodorkan lembaran uang tadi, tidak diduga si nenek
malah menunduk kecewa dan menggeleng pelan. Sekali lagi diberi uang, sekali
lagi nenek itu menolak.
Penjual
ayam goreng kebetulan melihat kejadian itu kemudian menjelaskan bahwa nenek itu
bukanlah pengemis, melainkan penjual sapu ijuk. Paham akan maksud keberadaan
sang nenek yang sebenarnya, ibu teman saya akhirnya memutuskan membeli tiga
sapunya yang berharga Rp1.500,00 per ikat, meskipun ijuknya jarang-jarang dan
tidak bagus, ikatannya pun longgar.
Setelah
menerima uang Rp5000,00 si nenek tampak ngedumel sendiri. Ternyata tidak punya
kembalian. “Ambil saja uang kembaliannya,” kata ibu dari teman saya. Namun, si
nenek ngotot untuk mencari uang kemablian Rp500,00. Dia lalu bangkit dan dengan
susah payah menukar uang di warung terdekat.
Ibu
teman saya terpaku melihat polah sang nenek. Sesampainya di mobil, ia masih
terus berpikir, bagaimana mugnkin di zaman sekarang masih ada yang begitu
jujur, mandir, dan mempunyai harga diri yang begitu tinggi.
Sumber:
Intisari, Agustus 2004
- Pilihlah satu pengalaman yang menurutmu paling mengesankan untuk kamu ceritakan!
Buatlah pokok-pokok ceritanya!