RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah
|
:
|
SMP Negeri 3 Tegowanu
|
Mata Pelajaran
|
:
|
Bahasa Indonesia
|
Kelas/Semester
|
:
|
VIII/2
|
Aspek
|
:
|
Mendengarkan
|
Standar Kompetensi
|
:
|
13. Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau
terjemahan) yang dibacakan (disiplin, kerja keras, demokratis, tanggung jawab)
|
Kopetensi Dasar
|
:
|
13.2 Menjelaskan tema dan latar novel
remaja (asli atau terjemahan) yang
dibacakan.
|
Indikator
|
:
|
13.2.1 Mampu menyimpulkan tema cuplikan novel remaja (asli
atau terjemahan) yang dibacakan
|
|
|
13.2.2 Mampu mendata
latar-latar yang ada dalam cuplikan novel remaja (asli atau
terjemahan) yang dibacakan
|
Alokasi Waktu
|
:
|
4 x 40 menit (2 x pertemuan)
|
1.
Tujuan
Pembelajaran
Menjelaskan tema dan latar novel remaja (asli atau terjemahan)
yang dibacakan.
2.
Materi Pembelajaran
Penjelasan tema dan latar novel
3.
Metode
Pembelajaran
a.
Tanya
Jawab
b.
Ceramah
c.
Diskusi
d.
Penugasan
4.
Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
a.
Pendahuluan (5 menit) (disiplin)

1.
Berdoa, salam, mendata kehadiran siswa,
dan memotivasi siswa mengikuti proses pembelajaran
2.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
Menjelaskan
tema dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan. Melalui pembelajaran menyimak, kamu juga sudah berlatih mengenali
karakter tokoh novel. Pada pembelajaran berikut ini, kamu diajak untuk mampu
menjelaskan tema dan latar novel remaja asli Indonesia atau terjemahan melalui
kegiatan mendengarkan.
3.
Guru menyampaikan rencana kegiatan
pembelajaran
Untuk mendukung kegiatan itu, aktivitas pembelajaran yang harus
kamu lakukan untuk menguasai
kompetensi menjelaskan tema dan latar novel remaja yang diperdengarkan adalah
(1) menemukan tema novel; dan (2) menemukan latar novel.
b.
Kegiatan inti

Guru mengadakan apersepsi
Membaca novel merupakan usaha memperhalus budi. Dalam novel banyak
hal yang bisa dipakai sebagai alat untuk becermin. Karakter tokoh merupakan
cermin agar kita tidak memiliki karakter negatif. Alur memberi cermin agar kita
bijaksana menyikapi semua persoalan. Demikian pula unsur yang lain.

1.
Siswa berkelompok 3-4 orang.
2.
Siswa menerima LEMBAR KERJA 13.2.1
3.
Siswa mendengarkan pembacaan cuplikan novel remaja (Lampiran 1)
Berita dapat dibacakan guru atau siswa yang ditunjuk.
Pada kesempatan ini,
temanmu akan membacakan sebuah novel remaja. Kamu akan belajar untuk menemukan
tema novel tersebut. Nah, sebelumnya, marilah berlatih untuk menemukan tema
sebuah novel dari penggalan novel berikut!
Dalam menjelaskan tema dan latar
novel yang telah kalian simak, kalian perlu memerhatikan langkah-langkah
berikut.
1. Menyimak dengan konsentrasi, cermat, dan teliti.
2. Memahami inti cerita yang dapat
ditangkap secara utuh.
3. Memerhatikan unsur-unsur
intrinsik cerita, terutama berkenaan dengan tema dan latar.

1. Kelompok
menyampaikan
hasil kerja kelompok di depan
kelas. Minimal 2
kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok untuk pembanding.
2. Kelompok lain yang tidak menyampaikan
hasil kerja kelompok menanggapi presentasi temannya.
3. Diskusi kelas menyimpulkan pokok-pokok
berita dan penulisan rangkuman berdasarkan pokok-pokok berita.
![]() |
c.
Refleksi (10 menit) (tanggung jawab)

1. Merujuk
kembali ke tujuan dan hasil belajar, bertanya kepada
para siswa apakah tujuan-tujuan ini sudah bisa
tercapai.
2. Tanyakan
kepada para siswa “Apakah
mereka sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini?”
a)
Apa tema itu?
b)
Dapatkah saya menentukan tema suatu cerita yang saya
dengarkan atau baca?
c)
Apakah saya dapat menemukan latar suatu cerita?
3. Memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk menuliskan hasil belajar dari sesi ini
ke dalam buku jurnal.
Pertemuan kedua
a.
Pendahuluan (5 menit) (disiplin)

1.
Berdoa, salam, mendata kehadiran siswa,
dan memotivasi siswa mengikuti proses pembelajaran
2.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
Menjelaskan
tema dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan. Melalui pembelajaran menyimak, kamu juga sudah berlatih mengenali
karakter tokoh novel. Pada pembelajaran berikut ini, kamu diajak untuk mampu
menjelaskan tema dan latar novel remaja asli Indonesia atau terjemahan melalui
kegiatan mendengarkan.
3.
Guru menyampaikan rencana kegiatan
pembelajaran
Untuk mendukung kegiatan itu, aktivitas pembelajaran yang harus
kamu lakukan untuk menguasai
kompetensi menjelaskan tema dan latar novel remaja yang diperdengarkan adalah
(1) menemukan tema novel; dan (2) menemukan latar novel.
b.
Kegiatan inti

Guru mengadakan apersepsi
Membaca novel merupakan usaha memperhalus budi. Dalam novel banyak
hal yang bisa dipakai sebagai alat untuk becermin. Karakter tokoh merupakan
cermin agar kita tidak memiliki karakter negatif. Alur memberi cermin agar kita
bijaksana menyikapi semua persoalan. Demikian pula unsur yang lain.

1.
Siswa berkelompok 3-4 orang.
2.
Siswa menerima LEMBAR KERJA 13.2.2
3.
Siswa mendengarkan pembacaan cuplikan novel remaja terjemahan
(Lampiran 2)

1.
Kelompok menyampaikan
hasil kerja kelompok di depan
kelas. Minimal 2
kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok untuk pembanding.
2.
Kelompok lain
yang tidak menyampaikan hasil kerja kelompok menanggapi presentasi temannya.
3.
Diskusi kelas
menyimpulkan pokok-pokok berita dan penulisan rangkuman berdasarkan pokok-pokok
berita.
c.
Refleksi (10 menit) (tanggung jawab)

1.
Merujuk kembali
ke tujuan dan hasil belajar, bertanya kepada para siswa
apakah tujuan-tujuan ini sudah bisa tercapai.
2.
Tanyakan kepada para siswa “Apakah
mereka sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini?”
a) Apa tema itu?
b) Dapatkah saya menentukan tema suatu cerita yang saya dengarkan atau baca?
c) Apakah saya dapat menemukan latar suatu cerita?
3.
Memberikan kesempatan kepada
para siswa untuk menuliskan hasil belajar dari sesi ini
ke dalam buku jurnal.
5.
Sumber Pembelajaran
a. Novel
b. Buku pelajaran
1.
Contextual
Teaching and Learning Bahasa Indonesia: Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah Kelas VIII Edisi 4/Kisyani Laksono, …[et. al.].--Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Halaman 109
2.
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 2 : Untuk SMP/MTs Kelas
VIII/oleh Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawarti; editor Siti Aminah. — Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Halaman 126 - 129
6.
Penilaian
a. Teknik :
Tes tulis
b. Bentuk instrumen : Tes
uraian
c. Soal/Instrumen :
..
Simaklah
penggalan novel berikut ini!
Marcus sulit membiasakan
diri dengan kenyataan bahwa musim dingin sudah berakhir. Cukup banyak yang
dialami Marcus di London yang terjadi di tengah kegelapan dan hujan (pasti ada
beberapa sore yang cerah di awal tahun ajaran, tapi begitu banyak yang terjadi
sehingga ia tidak lagi mengingat semuanya), dan sekarang ia bisa berjalan
pulang dari rumah Will di tengah sinar matahari sore. Mau tidak mau ia merasa
segalanya baik-baik saja pada minggu pertama setelah waktu dimajukan satu jam;
mudah sekali percayai ibunya akan lebih baik, bahwa tiba-tiba usianya bertambah
tiga tahun dan ia menjadi begitu keren sehingga Ellie menyukainya, dan ia akan
menciptakan gol kemenangan bagi tim sepak bola sekolah dan menjadi anak paling
populer di sekolah.
Tapi, menurut Marcus,
pendapat itu bodoh, sama bodohnya seperti zodiak. Waktu dimajukan satu jam
berlaku bagi semua orang, bukan hanya bagi Marcus, dan tidak mungkin setiap ibu
yang depresi akan jadi ceria, tidak mungkin setiap anak di Inggris akan
menciptakan gol kemenangan bagi tim sepak bola sekolahnya, terutama setiap anak
di Inggris yang membenci sepak bola dan tidak tahu bagian bola sebelah mana
yang harus ditendang dan tentunya tidak mungkin setiap bujangan berusia dua
belas tahun menjadi lima belas tahun dalam semalam. Kemungkinan terjadinya hal
itu sangat kecil, dan bahkan jika itu terjadi, tidak akan terjadi pada Marcus,
karena ia tahu keberuntungannya sendiri. Itu akan terjadi pada anak berusia dua
belas tahun lain, di sekolah lain, yang tidak sedang jatuh cinta pada gadis
yang usianya tiga tahun lebih tua darinya, dan yang karenanya tidak terlalu
peduli apakah usianya bertambah atau tidak. Ketidakadilan adegan yang baru saja
Marcus bayangkan membuatnya marah, dan ia menandai kepulangannya dengan
membanting pintu rumah dengan berang.
(Anak Itu dan Aku,
Nick Hornby) Sumber: Dok. Penerbit
Indikator
|
Nomor soal
|
Soal
|
![]() |
Penskoran
|
||||||||||||||
1
|
1
|
Sebutkan
tema penggalan novel di atas!
|
Tema dari kutipan novel yang
dibacakan teman kalian dapat kalian simpulkan, seperti kekesalan Marcus
dengan segala sesuatu yang ia alami, ia inginkan, serta tentang khayalannya
yang mustahil untuk dapat diwujudkan.
|
Tema tepat
: 4
Cukup
: 3
Kurang tepat : 1
|
||||||||||||||
2
|
2
|
Sebutkan
latar dengan bukti/alas an penggalan novel di atas!
|
Latar tempat kejadian dalam
cerita itu adalah di Kota London, tepatnya di sepanjang jalan dari rumah Will
menuju rumahnya. Latar waktu kejadian dalam kutipan novel tersebut adalah
sore hari. Kedua latar dalam kutipan novel tersebut terungkap dalam cerita
pada paragraf pertama “… dan sekarang ia biasa berjalan pulang dari rumah
Will di tengah sinar matahari sore ....”
|
|
Soal nomor 1 skor maksimal 4
Soal nomor 2 skor maksimal 6
Nilai akhir =
Perolehan skor x 100
Skor maksimal (10)
Tegowanu,
15 Januari 2010
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
H. Saerozi, S.Pd. Supriyadi, S.Pd.
NIP. 19650704 198803 1
013 NIP. 19710116 200501 1 008

Sekolah
|
:
|
SMP Negeri 3 Tegowanu
|
Mata
Pelajaran
|
:
|
Bahasa Indonesia
|
Kelas/Semester
|
:
|
VIII/2
|
Aspek
|
:
|
Mendengarkan
|
Standar
Kompetensi
|
:
|
13. Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang
dibacakan
|
Kopetensi
Dasar
|
:
|
13.2 Menjelaskan tema dan latar novel remaja
(asli atau terjemahan) yang
dibacakan.
|
Indikator
|
:
|
13.2.1 Mampu menyimpulkan tema
cuplikan novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan
|
|
|
13.2.2 Mampu mendata latar-latar yang ada dalam cuplikan novel remaja
(asli atau terjemahan) yang dibacakan
|
Alokasi Waktu
|
:
|
20 menit
|
Dengarkan pembacaan kutipan novel berikut ini! (lampiran 1)
1.
Tokoh dan karakter
Nama tokoh
|
Karakter
|
Bukti/penjelasan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Latar
Jenis latar
|
Keterangan
|
Bukti/penjelasan
|
Waktu
|
|
|
Tempat
|
|
|
Suasana
|
|
|
3.
Tema
Tema
|
Keterangan/Penjelasan
|
|
|

Sekolah
|
:
|
SMP Negeri 3 Tegowanu
|
Mata
Pelajaran
|
:
|
Bahasa Indonesia
|
Kelas/Semester
|
:
|
VIII/2
|
Aspek
|
:
|
Mendengarkan
|
Standar
Kompetensi
|
:
|
13. Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang
dibacakan
|
Kopetensi
Dasar
|
:
|
13.2 Menjelaskan tema dan latar novel remaja
(asli atau terjemahan) yang
dibacakan.
|
Indikator
|
:
|
13.2.1 Mampu menyimpulkan tema
cuplikan novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan
|
|
|
13.2.2 Mampu mendata latar-latar yang ada dalam cuplikan novel remaja
(asli atau terjemahan) yang dibacakan
|
Alokasi Waktu
|
:
|
20 menit
|
Dengarkan pembacaan kutipan novel berikut ini! (lampiran 1)
1.
Tokoh dan karakter
Nama tokoh
|
Karakter
|
Bukti/penjelasan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Latar
Jenis latar
|
Keterangan
|
Bukti/penjelasan
|
Waktu
|
|
|
Tempat
|
|
|
Suasana
|
|
|
3.
Tema
Persoalan dalam cerita
|
Tema
|
Keterangan/Penjelasan
|
|
|
|
Lampiran 1
Stasiun Kereta
Mereka turun dari
kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama menggandeng Tottochan melewati pintu
pemeriksaan karcis. Totto-chan yang jarang sekali naik kereta, enggan
mengulurkan karcisnya yang berharga. Ia memegangi karcisnya erat-erat.
“Bolehkah aku
menyimpan- nya?” Tottochan bertanya
kepada petugas pengumpul karcis.
“Tidak boleh,” jawab
petugas itu sambil mengambil karcis dari tangannya.
Totto-chan menunjuk
kotak yang penuh dengan karcis. “Itu semua punyamu?”
“Bukan, itu milik
stasiun kereta,” jawab petugas itu sambil mengambil karcis dari orang-orang
yang keluar stasiun.
“Oh.” Totto-chan
memandang kotak itu dengan penuh minat, lalu melanjutkan,
“Kalau sudah besar, aku
mau jadi penjual karcis kereta!”
Petugas pengumpul
karcis itu memandangnya untuk pertama kali. “Anak laki-lakiku juga ingin
bekerja di stasiun kereta. “Mungkin nanti kalian bisa bekerja sama-sama.”
Totto-chan bergeser,
menjauh selangkah agar bisa memandang si petugas pengumpul karcis. Laki-laki
itu bertubuh gemuk berkacamata, dan kelihatannya berhati baik.
“Hmm.” Totto - chan
berkacak pinggang dan mempertimbangkan gagasan itu dengan sungguh-sungguh. “Aku
tak keberatan bekerja dengan anakmu,” katanya. “Aku akan memikirkannya. Tapi
sekarang aku sedang sibuk karena aku mau pergi ke sekolahku yang baru.” Ia lari
ke tempat Mama menunggu sambil berteriak, “Aku ingin jadi penjual karcis!”
Mama tidak kaget. Dia
hanya berkata, “Kukira kau ingin jadi mata-mata.”
Berjalan sambil
memegangi tangan Mama, Totto-chan ingat, sampai kemarin dia masih yakin ingin
menjadi mata-mata. Tapi asyik juga kalau harus mengurusi sekotak penuh karcis
kereta.
“Aku tahu!” Gagasan
hebat terlintas di kepalanya. Dia menengadah memandang Mama, lalu berteriak
keras-keras, “Bukankah aku bisa jadi penjual karcis yang sebenarnya mata-mata?”
Mama tidak menjawab.
Wajah cantiknya yang ditudungi topi felt berhiaskan bunga-bungaan mungil tampak
serius. Sebenarnya Mama sangat cemas. Bagaimana kalau sekolah baru itu tidak
mau menerima Totto-chan? Dia memandang Totto-chan yang melompat-lompat
sepanjang jalan sambil berbicara pada dirinya sendiri. Totto-chan tidak tahu
Mama merasa khawatir. Jadi ketika mata mereka bersitatap, dia berkata riang,
“Aku berubah pikiran. Aku akan bergabung dengan kelompok pemusik jalanan yang
selalu berkeliling sambil mengiklankan toko-toko baru!”
Suara Mama terdengar
putus asa ketika berkata, “Ayo cepat! Kita bisa terlambat. Kita tidak boleh
membuat Kepala Sekolah menunggu. Jangan ceriwis. Perhatikan jalanmu dan berjalanlah
dengan benar.”
Di depan mereka, di kejauhan, gerbang sebuah
sekolah kecil mulai kelihatan.
(Totto-chan: Gadis
Cilik di Jendela, Tetsuko Kuroyanagi)
Lampiran 2
Tutuplah bukumu! Dengarkan pembacaan kutipan novel yang akan
dibacakan oleh Gurumu atau salah seorang temanmu berikut ini! Setelah kamu
mendengarkan pembacaan kutipan novel tersebut, diskusikan dengan temanmu tema
yang terkandung dalam kutipan novel remaja itu. Kerjakan seperti dalam kolom
berikut ini, kemudian lakukan diskusi kelas untuk menentukan tema kutipan novel
tersebut!
Bintang....sepertinya susah sekali mencari ketenangan di saat-saat
seperti ini. Semakin hari semakin mahal saja harga sebuah kedamaian di dunia
ini...
STASIUN kereta api terlihat sunyi. Entah karena sepi penumpang,
atau memang nggak ada jadwal keberangkatan kereta. Bangku-bangku ruang
tunggu yang biasanya penuh orang yang menunggu kedatangan kereta, saat ini
nggak satu pun terisi. Bahkan petugas stasiun yang biasanya mondar-mandir
dengan seragam biru pun nggak ada. Kios-kios kecil yang biasanya menjual aneka
makanan dan minuman ringan, pagi ini nggak satu pun yang buka. Loket penjualan
karcis kereta juga masih tertutup kerai. Yang ada cuma gerbong-gerbong kereta
yang sudah tidak terpakai dan orang-orang yang tergeletak tidur tak beraturan
di berbagai sudut.
Matahari baru saja muncul dengan sinarnya yang keemasan yang
membuat lampu penerang otomatis di stasiun itu perlahan padam. Sekaligus menandakan
dimulainya kesibukan pagi itu.
Kreeeek! Suara kerai penutup loket memecah kesunyian pagi.
Sesaat kemudian terdengar suara langkah kaki. Seorang pria tua yang
terlihat masih gagah berjalan menuju pintu di ujung lorong. Ia membuka pintu
itu dan mengambil sapu lidi dari dalamnya. Sesaat ia merapikan kumis dan rambutnya
yang kelihatan sudah beruban lewat bayangan di kaca loket, lalu mulai menyapu
lantai stasiun. Sreeeek! suara gesekan sapu pada lantai cukup berisik.
Orang-orang yang tertidur lelap di sudut-sudut lorong terbangun.
Seorang gadis manis terlihat duduk sendirian di salah satu kursi
ruang tunggu. Kakinya bersila di atas kursi. Sepertinya gadis
itu sudah ada di sana sejak tadi. Sesaat ia memandang ke arah datangnya sinar
matahari sambil memayungi wajahnya dengan tangan.
"Selamat pagi, Neng Keysha...," sapa
seseorang.
Gadis itu langsung menengok ke arah datangnya suara
dan mendapati seorang lelaki berkumis panjang tersenyum lebar padanya. Wajah
gadis itu langsung bersinar. Lesung pipinya langsung terlihat. Wajahnya manis
sekali.
"Selamat. pagi, Mang, Udin!" balas gadis itu setengah
berteriak, sampai-sampai si pria tua hampir menutup telinga.
Pria itu tersenyum sambil
menggelengkan kepala. Sepertinya ia sudah terbiasa dengan suara nyaring gadis
itu.
"Waduh, Neng Keysha,
kalo setiap pagi saya ketemu Neng semangat kayak begitu, bisa-bisa saya awet
muda nih..." lelaki itu tersenyum lebar. "Tumben pagi-pagi begini
sudah datang. Mau ke Bandung, Neng?"
Gadis itu menggeleng. Sepasang mata indahnya bersinar.
"Nggak kok. Saya ke Bandung cuma pas libur panjang aja. Kalo liburnya cuma
sehari, saya males, Mang. Capek. Saya tuh ke sini cuma iseng kok. Kangen sama
Mang Udin..., " ucap gadis itu asal.
Pria tua itu langsung tersipu-sipu. "Aaah... Neng Keysha
bisa aja..."
Keysha menepuk kursi, mengajak lelaki tua itu duduk di
sebelahnya. "Duduk, Mang. Temenin Saya."
Mang Udin menyandarkan sapunya pada tiang, lalu duduk di sebelah gadis
itu. Mereka memandangi rel kereta api yang mengilap tertimpa cahaya matahari
pagi. Keysha menghela napas panjang sambil mengulurkan tangannya dan
mengertakkan persendiannya.
"Saya seneng deh,
Mang, kalau duduk-duduk di stasiun gini. Rasanya gimanaaa, gitu," ucapnya
dengan senyum bangga.
Mang Udin cuma ikut-ikutan tersenyum tanpa sepatah kata pun
keluar dari mulutnya. Pria tua itu terlihat masih segar, di usianya yang sudah
setengah abad lebih. Tubuhnya juga masih tegap.
"Saya seneng merhatiin orang-orang di sini. Macem-macem ya,
Mang! Kadang kita justru bisa mengambil pelajaran dari
mereka, ucap Keysha dengan mata berbinar. "Eh, iya, Mang Udin nggak
kerja?"
"Sebentar lagi. Saya mau nyapu-nyapu dulu. Habis kalau
nggak disapuin sekarang, nanti nggak bakalan sempat. Keburu rame."
Keysha menganggukkan kepalanya, sesudah itu mengamati keadaan di
sekeliling sambil terus tersenyum. Kelihatannya dia seneng banget berada di
sana. Sekonyong-konyong pandangannya beralih pada wanita setengah baya yang
duduk seorang diri tak jauh darinya. Mata mereka bertemu. Wanita itu tersenyum
ramah pada Keysha. Keysha pun membalas senyuman wanita itu.
"Gimana sekolah barunya, Neng? Udah nemu cowok ganteng,
belom?" goda Mang Udin membuyarkan tatapan Keysha pada wanita
itu.
Keysha menekuk bibirnya. "Ah! Sampai sekarang sih saya belum
nemuin enaknya sekolah di sana. Rasanya beda banget sama sekolahan saya waktu
di Bandung. Di sekolah saya yang sekarang cowok-cowoknya pada belagu, Mang.
Biasa, kebanyakan anak orang kaya. Mana genit-genit, lagi. Matanya pada
jelalatan banget! Nggak bisa ngeliat cewek yang bedakan dikit."
Mang Udin tertawa lebar mendengar cerita Keysha. Apalagi gadis
itu bercerita sambil memanyunkan mulutnya kayak ikan mas koki.
Kriiit... Greeeek!!! Suara pintu kios yang kelihatannya sudah berkarat
terdengar berkali-kali, menandakan kios-kios di stasiun mulai dibuka.
Orang-orang mulai berdatangan untuk menunggu kereta pertama.
Tidak lama kemudian kereta pertama datang. Kelihatannya dari luar kota. Seorang
cowok keluar dari salah satu pintu kereta. Penampilannya
benar-benar keren. Potongan rambutnya mengingatkan pada sosok Shane West dalam
film A Walk to Remember. Pasti semua orang yang ngeliat bakalan bilang,
"Cool". Ia kelihatan sibuk mengangkat barang-barang miliknya. Matanya
yang tajam menyapu setiap sudut stasiun. Mungkin mencari seseorang yang
menjemputnya.
Keysha terus memerhatikan cowok yang tengah berbicara di HP itu.
Tiba-tiba cowok itu menoleh ke arahnya. Mata mereka bertemu. Agak
lama mereka saling menatap tajam. Keysha merasakan sesuatu merasuki sekujur
tubuhnya. Entah perasaan apa itu, ia nggak tahu. Apakah Cuma sekadar perasaan
kagum pada cowok itu, atau...
"Saya mau kerja dulu ya, Neng. Kayaknya stasiun udah mulai
ramai," Mang Udin membuyarkan tatapan Keysha ke cowok itu.
"Kapan-kapan kita cerita-cerita lagi," lanjutnya.
Keysha tersenyum kecil sambil mengangguk.
Mang Udin beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan pergi meninggalkan
gadis itu.
"Mang Udin!" panggil Keysha kembali setengah
berteriak. Lelaki itu membalikkan tubuhnya dengan bingung. "Makasih ya,
Mamang udah nemenin saya," ucap Keysha sambil memperlihatkan kedua lesung
pipinya.
Sesaat setelah Mang Udin pergi, bola mata Keysha kembali mencari
sosok cowok jelmaan Shane West tadi. Tetapi cowok itu telah pergi. Siapa sih
cowok itu? Kenapa Keysha merasakan sesuatu yang tidak biasa ketika mata mereka
bertatapan? Apa dia mengenalnya?
Sumber: Dyan Nuranindya, Rahasia Bintang, Jakarta: PT
Gramedia Utama, 2006.